Indonesiamerupakan sebuah negara yang sangat heterogen. Walau begitu, perbedaan yang ada harus dimaknasi dengan bijak. Untuk itu, perlu diimplementasikan sikap menghargai keberagaman dengan baik. Baca juga: Back to Campus, 5 Tips Ini Bantu Kamu Lewati Semester Pertama dengan Mudah. Baca juga: 3 Tips Hadapi Quarter Life Crisis: Pentingnya Self Love
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. A. Historisitas Islam NusantaraDefinisi Islam Nusantara Sejumlah para pemikir Islam mempresentasikan pemikirannya terhadap Islam Nusantara, yakni bahwa Islam Nusantara adalah corak Islam dengan corak Indonesianya sendiri. Makna corak Indonesia sendiri menyatakan bahwa Islam Nusantara hanya terdapat di Indonesia dan Islam Nusantara adalah campuran dari Islam teologi dengan norma norma tradisional, masyarakat pribumi, adat istiadat dan juga budaya di munculnya Islam, masyarakat nusantara wilayah Indonesia masa kini menganut berbagai agama. Berikut adalah beberapa agama yang ada di Nusantara sebelum penyebaran Islam 1 Agama Hindu-Budha berkembang di Nusantara sebelum kedatangan Islam. Agama Hindu-Buddha mendapat pengaruh kuat dari India dan dianut oleh kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan Singhasari. Agama Hindu-Buddha memiliki banyak candi dan tempat suci yang masih dapat ditemukan di seluruh Indonesia. 2 Animisme dan dinamisme banyak dipraktikkan masyarakat Nusantara sebelum tersebarnya agama-agama dunia. Animisme dan kepercayaan pada roh adalah bagian dari kehidupan manusia bahkan sebelum kedatangan Islam. 3 Sistem kepercayaan leluhur merupakan bagian dari kehidupan suku-suku seperti Toraja, Batak dan Dayak di dan upacara sering dikaitkan dengan siklus alam dan kehidupan. Sebelum agama dunia tiba, masyarakat Nusantara memiliki kepercayaan yang kuat terhadap alam dan lingkungan mereka. Keragaman budaya dan kepercayaan di Nusantara juga ditunjukkan oleh agama-agama sebelum Islam. Perlu diingat bahwa ini adalah gambaran umum dari agama-agama yang ada di Nusantara sebelum kedatangan Islam, dan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat dapat berbeda-beda di berbagai wilayah agama Islam ke Nusantara Sejak abad pertama Masehi, ada beberapa jalur perdagangan dan pelayaran antara pulau dan daerah. Di wilayah timur yang meliputi pantai selatan Cina dan pulau-pulau di India timur, sudah ada hubungan perdagangan dengan orang Arab. Pedagang Arab memasuki nusantara melalui laut, rute dari Aden sebuah kota di Yaman ke pantai ke Muscat ibu kota oman, Siraf kota di Iran, Guadar kota pelabuhan di Pakhistan, Daibul dan Pantai Malabar, yang melingkupi Quilon, Gujarat, dan Kalikut, dan selanjutnya menyisir sebuah Karamande pantai. Seperti saptaagram. ke Chittagong sebuah pelabuhan yang besar di Bangladesh, Akyab sekarang Wilayah Myanmar, Selat Malaka, Peureulak Aceh Timur, Lamno Pantai Aceh Barat, Barus, Padang, Banten, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Ampel , Makassar, Ternate Tidore, dan perunggu merupakan bahan dagangan yang terkenal dari Vietnam. Nekara ini menyebar di pelosok Nusantara. Perdagangan ini nekara, berasal dari berita Cina pada abad pertama masehi yang menyebut Jawa, Kalimantan, Sumatera. Yang paling penting ialah, Maluku termasuk daerah yang menarik bagi para pedagang karena Maluku menghasilkan beberapa rempah yaitu cengkeh dan pala. Setelah rempah-rempah ini dijual, dibawa ke pulau Sumatera dan Jawa, kemudian dipasarkan ke orang asing pedagang dan dibawa kembali ke negara baku yang dikenal selanjutnya adalah kapur barus. Hal ini berasal dari India kuno, yaitu dari awal abad hingga abad ke-7 M. Pedagang asing sering mengunjungi beberapa pelabuhan, seperti pelabuhan di Aceh Lamur, Barus, dan Palembang. Sementara di Pulau Jawa mencakup Gresik dan Sunda Kelapa. Pada tahun 674 M, Kolonial Arab hadir di wilayah barat Pulau Sumatera. Kabar dari Cina melaporkan bahwa seorang Arab telah menjabat sebagai pemimpin koloni Arab di pesisir barat Sumatera. Kemungkinan besar daerah tersebut adalah Barus, tempat di mana kapur Barus penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwasanya kedatangan islam ke nusantara sejak awal abad hijriah. Meskipun sifatnya masih diterima oleh negara asing, penduduk lokal muslim tidak mengenalinya. Jelas, sejarah bagaimana islam datang ke Indonesia akan tetapi masalah di atas adalah kepastian asal usulnya kedatangan, pengangkut, tempat kunjungan, waktu, dan bukti sejarah. Pendapat dan bukti yang berbeda ini telah melahirkan berbagai teori tentang kedatangan Islam di Indonesia. Berdasarkan lokasi tersebut, terdapat lima teori tentang masalah masuknya Islam ke Nusantara, diantaranya yaitu teori Arab, teori India, teori Persia, teori Turki, dan teori penyebaran islam di nusantaraAdapun jalur tersebarnya islam di nusantara terdapat beberapa jalur menyebarnya pengaruh Islam yang pada akhirnya memungkinkan Islam menyebar dan tumbuh dengan pesat di nusantara. Awal masuknya ke Nusantara yaitu dengan melalui interaksi dagang para saudagar Arab, Cina dan India. Dari interaksi dagang inilah kemudian para muslim melakukan proses islamisasi melalui banyak macam jalur, yang terdiri dari jalur perdagangan, pendidikan, ajaran tasawuf, kesenian, perkawinan, dan jalir Karakteristik Islam NusantaraKarakteristik Islam Nusantara dikelompokkan menjadi empat bagian utama, yang mencakup hal-hal seperti berikutAt-tasamuhMenghormati hak-hak orang lain dikenal sebagai tasamuh. Toleransi adalah dasar bagi individu dan komunitas untuk mencapai keselarasan bermasyarakat. Kita tidak boleh merendahkan suku, agama, atau kebudayaan orang lain bahkan membenci, atau menghinanya. Toleransi agama bermakna menunjukkan pengendalian diri dan kesabaran untuk tidak mengganggu agama, keyakinan, atau praktik ibadah orang lain. Nilai-nilai budaya Indonesia sangat diterima oleh Islam Nusantara. Pengajaran agama Islam akan menyatu dengan kebiasaan masyarakat yang sejalan dengan adat budaya Indonesia, dan tidak akan melanggar ketentuan agama. Ada kemungkinan bahwa Islam di kawasan Nusantara membangun ruang yang selalu berubah yang berfungsi sebagai wadah yang inventif untuk ajaran Islam di berarti sikap seimbang dan tidak memihak orang lain. Keseimbangan berarti memberi dalam proporsi yang tepat tanpa melebih-lebihkan sedikitpun. Keseimbangan juga bisa disebut Fitrah, yang bermula saat Tuhan menciptakan manusia. Fitrah adalah Islam, agama hanif agama heteroseksual yang artinya pedoman hidup bagi manusia. Islam Nusantara mengajarkan harmoni dan kesesuaian fitrah manusia dengan memadukan nilai-nilai agama Islam dan kebudayaan Nusantara, dengan tujuan mencapai kemajuan yang lebih baik di masa adalah sikap tengah yang tidak terlalu bebas dan tidak terlalu keras. Sebagaimana sabda Nabi SAW, "Baguslah orang yang berada di tengah." Sikap inilah yang dikenal dengan Islam Nusantara dan sikap Islam inilah yang berlaku di semua lapisan masyarakat sesuai dengan banyaknya budaya yang lazim di Indonesia, suku-suku, dan kebiasaan kebenaran yang tegas dan adil adalah tujuan di sini. Kebencian terhadap suatu bangsa dan menjadikan manusia tidak adil dilarang dalam Islam. Selain itu, Islam Nusantara mengadopsi sikap ini berdasarkan perintah Rasulullah SAW. Ini juga merupakan ciri Islam Nusantara atau Ahlus Sunnah wal Jamaah yang diajarkan oleh Rasulullah Khazanah Islam NusantaraKhazanah Islam Nusantara adalah warisan Islam yang ada di wilayah Nusantara. Khazanah Islam Nusantara mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti adat istiadat, seni, budaya, bahasa, sastra, filsafat, tasawuf, hukum, dan sejarah. Khazanah Islam Nusantara merupakan hasil akulturasi antara Islam dan budaya lokal yang terbentuk selama berabad-abad. Khazanah Islam Nusantara menunjukkan bahwa Islam dapat berkembang secara damai dan harmonis dengan budaya lokal di wilayah NusantaraEfek tersebarnya agama islam di wilayah Nusantara meninggalkan banyak peninggalan bersejarah dalam bentuk tradisi budaya. Selain menggunakan media perdagangan, pendidikan, perkawinan, dan dakwah tasawuf, dalam menyebarkan agama islam, agama islam juga disebarkan melalui seni dan budaya sebagai alat untuk berdakwah, hal tersebut membuktikan bahwa agama islam memiliki karakter damai, dan unik. Hal ini menunjukkan bahwa para penyebar agama islam tidak serta-merta menghilangkan dan menghapus orang-orang yang sebelumnya memiliki tradisi atau budaya yang bertentangan dengan agama Islam, melainkan para penyebar agama iskam tersebut memerintahkan dan menyeleksi budaya atau tradisi yang tidak sesuai atau menyimpang dari agama Islam, akan sesuai dengan agama Islam dengan dijiwai oleh ajaran Islam melalui akulturasi dan asimilasi budaya. Seperti beberapa adat atau tradisi yang merupakan sisa-sisa Islam Nusantara dan masih cukup dikenal hingga saat ini masih berlaku. D. KepesantrenanDefinisi Pondok PesantrenPesantren secara bahasa asal katanya adalah "santri" dengan awal kata "pe" dan diakhiri "an" yang mempunyai makna "tempat tinggalnya para santri". Tetapi, ensiklopedi Islam mengatakan bahwasanya pesantren asalnya dari bahasa India "shastri" yang mempunyai arti buku kecil, buku agama, atau buku pengetahuan, serta berasal dari bahasa Tamil, yang mempunyai makna guru mengaji. Pesantren adalah bentuk pendidikan agama Islam yang berkembang dan diakui oleh orang orang telah berdiri sejak zaman Hindu-Buddha dan memiliki misi dan nuansa Islam, serta sifat asli Indonesia, sementara para petani hanya perlu melanjutkan dan mengembangkan Islam. Pesantren merupakan institusi pendidikan khas yang menerapkan sistem tradisional di mana para santri tinggal bersama dan belajar di bawah pengawasan seorang guru yang biasa disebut kiai, lengkap dengan fasilitas asrama untuk para santri. Di kompleks tersebut terdapat masjid untuk beribadah, ruang belajar, dan aktivitas keagamaan lainnya. Bangunan ini umumnya diapit tembok sebagai pengendali akses masuk dan keluar siswa sesuai dengan aturan yang berlaku. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang memiliki makna yang sama. Pesantren merujuk pada lokasi belajar para santri, dan Pondok merujuk pada tempat tinggal atau rumah sederhana yang bahan dasarnya dari lain mengatakan bahwa Pesantren berasal dari istilah santri yang merujuk pada tempat tinggal para santri. Santri sendiri berasal dari kata Cantrik yang berasal dari bahasa Sansekerta atau mungkin bahasa Jawa yang berarti individu yang selalu mengikuti guru. Kemudian, konsep ini dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam bentuk asrama yang dikenal sebagai Pawiyatan. Dalam bahasa tamil santri juga memilikinarti guru sedangkan Berg menegaskan bahwasanya ungkapan itu asalnya adalah dari ungkapan "shastri", dalam bahasa hindi artinya adalah orang yang mengetahui kitab suci agama Hindu atau sarjana tulisan agama Hindu. Kadang-kadang juga diasumsikan sebagai paduan dari kata saint orang baik dengan suku kata tra ingin membantu, kemudian kata pesantren bisa mempunyai arti kawasan pendidikan manusia yang umumPondok pesantren awalnya didirikan oleh seorang kiyai yang menetap bermukim di suatu tempat. Setelah itu, santri yang ingin belajar darinya dan dari luar datang. Selain itu, tinggal di lokasi tersebut. Namun, para santri dan masyarakat sekitar bertanggung jawab atas biaya pendidikan dan kehidupan. Hal ini memungkinkan kehidupan pesantren untuk berjalan dengan tenang tanpa terpengaruh oleh perubahan ekonomi yang terjadi di luar. Pondok pesantren di Indonesia sudah ada sejak zaman Walisongo. Jadi, pondok pesantren adalah tempat di mana interaksi antara guru dan murid, kiyai dan santri berlangsung dengan intensitas yang relatif tinggi untuk pertukaran ilmu keislaman dan masa lalu, kyai tidak memiliki rencana khusus untuk membangun pondok pesantren, tetapi fokus utama mereka adalah mengajarkan ilmu agama agar bisa dipahami dan dimengerti oleh para santri. Kyai pada waktu itu belum memberikan perhatian yang besar terhadap fasilitas tempat tinggal santri, yang umumnya sangat sederhana dan kecil. Santri tinggal di bangunan atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar tempat tinggal kyai. Seiring bertambahnya jumlah santri, semakin banyak juga gubug yang dibangun. Para santri kemudian memperkenalkan pondok pesantren tersebut kepada masyarakat luas, sehingga menjadi terkenal di mana-mana, seperti halnya dengan pondok-pondok yang muncul pada zaman saat itu, Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya yang menjadi pusat pendidikan di Jawa. Santri-santri dari berbagai pulau di Jawa datang untuk belajar ilmu agama. Bahkan, di antara santri-santri tersebut ada yang berasal dari Gowa dan Tallo, Sulawesi. Pesantren Ampel yang didirikan oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai awal mula berdirinya pesantren-pesantren di Indonesia karena setelah menyelesaikan studinya, para santri merasa berkewajiban untuk mengamalkan ilmunya di daerah asal mereka. Maka, didirikanlah pondok-pondok pesantren yang mengikuti pendekatan yang mereka pelajari di Pesantren Ampel. Sejarahnya, seperti Pesantren Giri di Gresik dan institusi serupa di Samudra Pasai, mereka menjadi pusat penyebaran agama Islam dan peradaban ke berbagai wilayah Nusantara. Pesantren Ampel Denta menjadi tempat para wali yang kemudian dikenal sebagai wali songo atau sembilan wali yang membentuk diri mereka. Dari pesantren Giri, santri asal Minang, Datuk ri Bandang, membawa peradaban Islam ke Makassar dan wilayah Timur Indonesia lainnya. Hal ini juga melahirkan tokoh ulama besar dan pemimpin pergerakan bangsa, Syekh Yusuf. Perkembangan ini meluas dari Makassar, Banten, Srilanka, hingga Afrika dari sejarahnya, pesantren memiliki usia yang sama dengan Islam di Indonesia. Syaikh Maulana Malik Ibrahim dapat dianggap sebagai tokoh yang membangun dasar-dasar pendidikan pesantren di Indonesia. Pada awalnya, pesantren didirikan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam dan memiliki peran yang signifikan dalam perubahan sosial masyarakat Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat penting, baik dalam kemajuan Islam maupun dalam kemajuan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan sejarah, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan pendidikan agama ini dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan menurut Howard M. Federspiel, seorang ahli studi keislaman di Indonesia, pusat-pusat studi di Aceh yang disebut Dayah di Aceh, Palembang Sumatera, Jawa Timur, dan Gowa Sulawesi pada abad ke-12 telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan menarik minat santri untuk dasar pondok pesantrenTerdapat beberapa komponen dasar yang saling melengkapi, sehingga terciptanya sebuah pesantren. Diantaranya adalah kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab klasik atau bisa disebut dengan kitab kuning. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Perbedaansuku, bangsa, ras dan kepercayaan yang tersebar di seluruh tanah air juga menjadi kekayaan yang sangat berharga bagi kita selaku warga negara Indonesia. Adanya keberagaman budaya dalam negara kita dapat membawa dampak positif dapat juga memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan kehidupan kita dalam bernegara.
- Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya di dalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya ras, agama, suku, budaya lokal dan adat istiadat. Dengan kata lain, Indonesia adalah masyarakat majemuk. Keberagaman ini tercipta karena Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang di setiap daerah memiliki ciri khas dan budayanya masing-masing seperti cara pandang, bahasa, kepercayaan dan caranya hingga tradisi yang masih dipegang erat oleh masyarakatnya. Dikutip dari Buku Antropologi Kontekstual Kelas XI Program Bahasa untuk SMA/MA oleh Supriyanto, masyarakat majemuk seperti Indonesia, bukan hanya beraneka ragam corak kesukubangsaan dan kebudayaan suku bangsanya secara horisontal, tetapi juga secara vertikal atau jenjang menurut kemajuan ekonomi, teknologi, dan organisasi sosial Budaya Berdasarkan Ekosistem Menurut Clifford Geertz, aneka ragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan ekosistemnya yaitu Kebudayaan Indonesia Dalam dan Kebudayaan Indonesia Luar, dikutip dari Buku Khazanah Antropologi Kelas XI SMA/MA oleh Siany dan Atiek Kebudayaan Indonesia Dalam Deerah Jawa da Bali adalah daerah dengan kebudayaan yang berkembang di Indonesia Dalam. Hal ini ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur menggunakan sistem perairan dan menghasilkan padi yang ditanam di sawah. Sehingga daerah Jawa mewujudkan upaya manusia dalam mengubah ekosistemnya untuk kepentingan masyarakat dengan menggunakan tenaga kerja manusia dalam jumlah besar disertai peralatan yang relatif lebih kompleks. 2. Kebudayaan Indonesia Luar Kecuali di sekitar Danau Toba, dataran tinggi Sumatera Barat dan Sulawesi Barat Daya yang berkembang atas dasar pertanian perladangan, di luar Pulau Jawa dan Bali merupakan kebudayaan yang berkembang di Indonesia Luar. Ekosistem di daerah ini ditandai dengan jarangnya penduduk yang pada umumnya baru beranjak dari kebiasaan hidup berburu ke arah bertani. Sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mereka melakukan migrasi ke daerah lain dengan cenderung menyesuaikan diri dengan ekosistem yang ada. Sistem kebudayaan masyarakat yang berkembang di daerah ini adalah kebudayaan masyarakat pantai yang diwarnai kebudayaan alam pesisir, kebudayaan masyarakat peladang, dan kehidupan masyarakat berburu yang masih sering berpindah tempat. Selain ekosistemnya, Indonesia juga memiliki kemajemukan lainnya yang memperkaya budaya Indonesia seperti agama, ras, bahasa dan adat istiadat. Kemajemukan Masyarakat Indonesia Berikut kemajemukan masyarakat Indonesia dilihat dari struktur sosial masyarakat Indonesia yang beraneka ragam. 1. Kemajemukan berdasarkan Agama Keragaman agama teridentifikasi dengan melihat daerah-daerah tertentu seperti suku bangsa Aceh yang tinggal di Sumatera, mayoritas beragama Islam, suku Batak yang tinggal di Sumatera Utara mayoritas beragama Kristen. Selain itu, ada juga suku Jawa, Sunda dan Betawi yang menetap di Jawa, mayoritas beragama Islam dan mereka yang suku Bali sebagian besar memeluk agama Hindu. Di sisi lain, keragaman agama di Indonesia terlihat dari beberapa suku yang masih mempertahankan dan melakukan praktik religi dan kepercayaannya, biasanya terjadi di masyarakat pedalaman seperti suku Dayak di Kalimantan yang masih melakukan ritual-ritual animisme dan dinamisme warisan. 2. Kemajemukan berdasarkan Bahasa Menurut Clifford Geertz, Indonesia memiliki 300 suku yang berbicara 250 bahasa seperti di Jawa, suku Suda berbicara menggunakan bahasa Sunda. Jawa Tengan dan Jawa Timur berbicara dengan bahasa Jawa. Suku Madura di Pulau Madura berbicara menggunakan bahasa Madura. Selain itu, di Sumatera setiap etnik berbicara menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Misalnya suku bangsa Melayu yang terdiri atas suku bangsa Aceh, Batak, dan Melayu, berbicara memakai bahasa daerahnya masing-masing. Keragaman bahasa Indonesia tidak hanya sampai di situ saja, karena ada ragam bahasa khusus yang digunakan oleh masyarakat dari pedalaman di Indonesia. Salah satunya, menurut Raymond Gordon, di Provinsi Papua terdapat 271 buah bahasa. Bahasa terbesar yang dipakai di Papua adalah bahasa Biak Numfor, sedangkan jumlah pemakai bahasa terkecil adalah bahasa Woria. 3. Kemajemukan berdasarkan Ras dan Etnik Beragam ras dan etnik sudah terwujud saat zaman praaksara oleh masyarakat awal yang datang di Kepulauan Indonesia. Ras-ras yang datang tersebut yang saat ini berkumpul dan membentuk menjadi berbagai suku bangsa yang tersebar di Indonesia. Ras yang pertama kali ada adalah ras Austrolois yaitu sekitar tahun yang lalu di mana masyarakatnya sebagian bermigrasi di Australia dan sisanya hidup di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Selanjutnya, disusul oleh ras Melanosoid Negroid dan terakhir ras Melayu Mongoloid pada zaman Neolithikum dan Logam. Ras Melanesia Mongoloid berkembang di Maluku dan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid menyebar di Indonesia bagian barat. Ras-ras tersebut tersebar dan membentuk berbagai suku bangsa di Indonesia. 4. Kemajemukan berdasarkan Budaya dan Adat Istiadat Berdasarkan penelitian antropolog Melalatoa, di Indonesia terdapat kurang lebih 500 suku bangsa menurut Zulyani Hidayah, di Indonesia terdapat kurang lebih 656 suku bangsa. Suku terbesar dengan jumlah penduduk sebesar 90 juta jiwa adalah masyarakat suku Jawa dan adapun suku bangsa yang terdiri atas 981 jiwa, yaitu suku bangsa Bgu di pantai utara Provinsi Papua. Budaya dan adat istiadat yang ada di Indonesia memiliki berbagai perbedaan di setiap suku-sukunya. Hal ini dikarenakanya beberapa suku sudah bergaul dengan masyarakat luar dan bersentuhan dengan budaya modern. Faktor pertama yaitu demografis atau jumlah penduduk. Terlihat kesenjangan jumlah penduduk di Pulau Jawa dan luar Jawa. Secara demografis, jumlah penduduk di Pulau Jawa lebih dominan dibandingkan luar Jawa karena sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Faktor lainnya adalah politis di mana dominan etnik tertentu dalam sebuah pemerintahan cenderung tidak adil oleh kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang menguntungkan golongan tertentu sehingga kelompok lain merasakan ketidakpuasan. Dengan struktur sosial yang bersifat majemuk, maka masyarakat Indonesia selalu menghadapi permasalahan konflik etnik, diskriminasi sosial, dan terjadinya disintegrasi juga Mengenal Lembaga Pewarisan Kebudayaan pada Masyarakat Tradisional Apa Saja Lembaga Pewarisan Kebudayaan dalam Masyarakat Modern? - Pendidikan Kontributor Versatile Holiday LadoPenulis Versatile Holiday LadoEditor Dhita Koesno
Tilaarmenyatakan bahwa keberagaman budaya di Indonesia merupakan kenyataan historis dan sosial yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Keunikan budaya yang beragam tersebut memberikan implikasi pola pikir, tingkah laku dan karakter pribadi masing-masing sebagai sebuah tradisi yang hidup dalam masyarakat dan daerah.
BangsaIndonesia merupakan bangsa yang memiliki beranekaragam etnik, suku, agama, bahasa, adat istiadat, yang m Author: Hartono Salim 7 downloads 187 Views 55KB Size
Keberagamansuku, budaya, adat istiadat, ras, agama atau kepercayaan, dan golongan merupakan berkah bagi bangsa Indonesia. Dalam masyarakat Indonesia yang plural dan sekaligus heterogen, tersimpan kekuatan yang sangat besar (sebagai modal sosial dan budaya) berupa beragam adat istiadat, agama dan kepercayaan, bahasa yang berjenis-jenis yang
NahdlatulUlama. (Foto: Istimewa) Kita dilahirkan dan dibesarkan di negara Indonesia yang merupakan bangsa yang majemuk, memiliki keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, dan adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Terdata 17.504 pulau yang didalamnya ada 1.340 suku bangsa, 546 bahasa, dan 250an agama serta
TlL064. n0ndow8g7y.pages.dev/145n0ndow8g7y.pages.dev/415n0ndow8g7y.pages.dev/250n0ndow8g7y.pages.dev/582n0ndow8g7y.pages.dev/455n0ndow8g7y.pages.dev/394n0ndow8g7y.pages.dev/11n0ndow8g7y.pages.dev/505
keberagaman suku dan adat istiadat merupakan khazanah dalam masyarakat indonesia